"BINTANG MEMINTA RINDU PADA LANGIT SAAT JATUH KE BUMI"



"Kali ini, senyummu terselubung oleh Gegana Hitam di negeri ini. Tapi, aku yakin lewat bingkisan Tirta Amarta, kuasongkan tanganku agar aku bisa merasakan hal yang sama dengan apa yang kamu rasakan. Mata ini selalu dingin ketika menatap Atma, sebuah kesempurnaan ciptaan Tuhan dengan membalut luka yang pernah ada."


Sebelum ia benar pergi

Kesatria sudah beranggar pikiran dengan Bintang

Di mulut pantai yang terletak di seberang metropolitan

Perkara rindu dari Manusia Sastra


Ia tak banyak mendengar celotehan Kesatria

Riak air laut berhasil mengisi senyumnya

Yang sedari tadi merekah seperti bunga yang kedatangan tamu mulia

Yang birunya air laut membuat matanya memandang hampa


Seperti biasanya,

Lembayung akan membuat Bintang seperti di pementasan komedi

Lalu Raja Sore akan menggelitiknya sampai tertawa kecil

Hingga gigi gingsulnya mengintip indahnya dunia


Kesatria menenangkannya, lalu bertanya

Kenapa kamu suka Raja Sore itu?

Bintang menjawab

Dia selalu pergi, tapi tak pernah lupa kembali

Aku harap, kamu juga begitu


Senyumnya melebar

Seperti lebar senyumnya senja ketika dipuji oleh seorang gadis cantik

Kesatria betul melihat dua senja dalam satu waktu

Satu yang akan terbenam dibalik gunung Joeba

Satunya lagi akan terbenam dibalik hatinya, penuh harap


Hingga dekade terakhir

Bintang selalu mengadu rindu pada langit

Cinta sudah terlambat

Saat telinga tak disentuh oleh kata itu dari mulutnya sebelum ia pergi ke perantauan


Perjalanan menuju negeri antah berantah sangat berat

Kesatria teringat dengan rindunya telah membeku

Ia berhenti sejenak

Lalu melukis dalam senandung rindu

Komentar

Postingan Populer